Israel adalah bagian penting dalam rencana dan karya
keselamatan Allah. Allah dengan murah hati telah memilih Israel sebagai umat
pilihan Allah, bukan karena kebaikan Israel, tapi karena kebaikan Allah. Namun apakah Israel saat ini adalah Israel yang sama dengan Israel
dalam Alkitab. Apakah negeri Israel (yang dimulai oleh gerakan Zionisme) yang
muncul pada tahun 1948 adalah Israel umat perjanjian Allah? tentu ini
pertanyaan yang penting. Jika negara Israel sekarang adalah Israel yang sama dengan di
Alkitab maka kita sebagai umat Kristen cenderung untuk menyetujui semua
tindakan Israel (termasuk perang dan invasi Israel kepada daerah dan orang
Palestina). Siapa yang berani melawan umat pilihan Allah? Mari kita bahas topik ini.
Pada mulanya tidak ada Israel. Bahkan Abraham bukan orang
Israel, sebutan Israel muncul setelah pergulatan Yakub dengan Malaikat Allah.
Israel baru menjadi bangsa yang besar kira-kira 400 tahun setelah masa 12 anak
laki-laki Yakub, itu pun sebagai pendatang di Mesir. Namun dalam sejarah
Perjanjian Lama kita melihat bahwa Israel berkali-kali memberontak terhadap
Tuhan, hingga akhirnya kerajaan Israel Utara musnah karena penghukuman Tuhan,
sedangkan kerajaan Selatan (Yehuda) menerima belas kasihan Tuhan dan setelah
dibuang ke Babel namun dapat kembali dan
merestorasi Yerusalem (tokoh terkenal pada masa ini adalah Ezra dan
Nehemia).
Pada masa Yesus, berkali-kali nampak peringatan kepada
Israel akan akhir yang buruk karena penolakan mereka terhadap Mesias (Kristus).
Yesus mengatakan nubuatan kehancuran Yerusalem dan bait Allah dalam Matius 24. Setelah kebangkitan Yesus, jelaslah bahwa kerajaan Allah dan
umat pilihan Allah diperluas secara global. Amanat agung Yesus menyatakan hal
ini, “jadikan seluruh bangsa muridKu.” Dalam Kisah Para Rasul, semakin jelas
bahwa misi rasul-rasul meluas hingga keluar Israel, bahkan hingga keluar Asia,
hingga ke Eropa dan Afrika, menggenapi perintah Yesus bahwa umat Allah mencakup
seluruh bangsa (bukan hanya Israel).
Selain perkataan Yesus, kitab-kitab PB juga menunjukkan perluasan umat pilihan hingga kepada seluruh bangsa yang percaya. Kitab Wahyu menuliskan perkataan Yesus kepada gereja-gereja
yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa Yahudi dan non-Yahudi. Kemudian
dalam bagian lain, kitab Wahyu menegaskan bahwa ada “sekumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan
kaum dan bahasa” yang berdiri di hadapan Allah, yaitu mereka yang telah ditebus
oleh darah Yesus. Sedangkan Paulus dalam surat-suratnya (terutama Roma) juga
menunjukkan bahwa “tidak ada lagi Yahudi dan kafir” melainkan semua satu dalam
Yesus Kristus.
Pengajaran Alkitab di atas ditegaskan oleh teologi reformasi yang menyatakan bahwa Israel baru (yang muncul setelah karya keselamatan Yesus) adalah gereja. Israel bukan lagi sebagai bangsa atau suku tertentu, tapi Israel sebagai kumpulan orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Itulah sebabnya Paulus menegaskan bahwa yang penting bukan sunat fisik tapi sunat hati dan dalam surat Roma dia menuliskan, “Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.” (Roma 3:29-30)
Dari sisi sejarah menyatakan bahwa kurang lebih 35 tahun setelah penyaliban Yesus maka Jenderal
Titus menyerang dan menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah (seperti yang telah
dinubuatkan Yesus). Kota itu hancur dan orang Israel (sekali lagi) tercerai
berai keluar dari Yerusalem dan daerah sekitarnya. Setelah itu orang Yahudi
tidak memiliki lagi tanah air, mereka tersebar dan menjadi pendatang di
daerah-daerah lain (hingga ke Afrika dan Eropa dan juga akhirnya ke Amerika). Lebih dari 1500 tahun bangsa Yahudi tanpa tanah air.
Dengan munculnya perang dunia dan akhirnya pembantaian orang
Yahudi oleh Nazi maka ini menumbuhkan benih yang telah lama terpendam yaitu
Yahudi memiliki negara dan tanah air sendiri. Gerakan Zionisme mewujudkan ini
sehingga menjadi negara Israel pada tahun 1948 (setelah banyak manuver politik
dan militer).
Negara Israel sekarang ini didirikan bukan atas dasar
kepercayaan relijius (Yudaisme/kekristenan), negara Israel adalah negara
sekuler. Penduduk Israel bukan orang-orang beragama, sebagian besar tidak
terlalu peduli agama bahkan atheis. Negara Israel sekarang bukan negara
theokrasi/ negara agama, negara Israel menganut pola pemerintahan barat. Sebaliknya,
orang-orang Palestina yang ada di daerah Israel bukan semuanya muslim dan
atheis, cukup banyak yang beriman nasrani (Katolik, Kristen Koptik, Ortodoks
timur). Jadi tidak sedikit saudara seiman kita di daerah Palestina.
Jadi siapakah Israel menurut pembahasan ini?
Israel sebagai bangsa dan Israel sebagai umat percaya harus dipisahkan. Ada perbedaan antara umat
Israel secara umum (nation) dan Israel sebagai sisa (remnant)/umat yang murni. Sejak zaman dulu,
Israel selalu digambarkan ada yang percaya, ada yang pemberontak, walaupun
mereka sama-sama orang Israel. Itu sebabnya ada pertempuran rohani antara Musa
dengan orang Israel yang menyembah lembu emas, ada pertempuran rohani antara
Elia dengan raja Ahab dan penyembah Baal. Israel tidak pernah dibenarkan Allah “hanya” karena kesukuan atau statusnya sebagai umat pilihan. Israel dibenarkan
Allah jika mereka hidup sesuai atau seturut dengan kehendak Allah yang telah
memilih mereka menjadi umatnya.
Maka negara Israel saat ini tidak perlu kita anggap sakral atau
“kudus” sehingga tidak boleh dikritik, tidak boleh ditegur bahkan tidak boleh
disalahkan. Israel adalah umat pilihan Tuhan sejauh dia menjadi bagian dari
gereja (karena gerejalah Israel baru, umat pilihan Allah yang mencakup semua
bangsa). Artinya orang Israel adalah umat pilihan Allah, saudara seiman, sejauh
mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Jadi jika Israel telah menunjukkan
gejala sebagai umat yang tidak hidup sesuai dengan kehendak dan Firman Allah
maka sepatutnya kita sebagai umat Kristen menegur dan mendoakan pertobatan
mereka.